Pages

Friday, December 30, 2011

LANTAS AKU HARUS MENYALAHKAN SIAPA?


“ Pernah terlintas dalam benakku untuk pergi ke Belanda, mungkin disana aku akan mendapatkan keadilan”, kata santo mengeluh pada Rudi.
“ Lantas bagaimana dengan orang tuamu, teman-temanmu, desamu dan negaramu Indonesia. Apakah kamu tidak bangga menjadi warga negara Indonesia?”. Tanya Rudi meladeni obrolan konyol Santo.      
“ Entahlah, aku bingung dengan negaraku sendiri, padahal aku sangat cinta akan negaraku, tapi negaraku sendiri tidak pernah mengerti akan penderitaanku seolah-olah tidak mengharapkan kehadiranku lagi ”.
“ Berhentilah mengeluh to, sebenarnya Indonesia masih membutuhkan orang seperti kamu, yakinlah suatu saat pasti deritamu akan berakhir”.
“ Kapan? Sampai kapan aku harus menunggu saat itu tiba, sampai semua orang menyalahkanku, atau sampai aku mengukir namaku di atas batu nisan”.
Perhatian kepada seluruh penumpang  pesawat sriwijaya air dengan jurusan penerbangan Manado akan segera berangkat dalam waktu 3x3 menit, pastikan barang bawaan anda telah berada dalam pesawat. Terima kasih
“ Sudah lah Say, pesawat yang aku tumpangi sebentar lagi take off , semoga saat dimana penderitaanku akan berakhir seperti yang kamu bilang cepat tiba. Thanks ya buat semuanya, sampai jumpa bulan depan”.
“ Oke, kamu hati-hati dalam perjalanan ya, ingat rumah kamu di Manado bukan di Belanda, tar nyasar lagi….!!! Kalau sudah sampai SMS aku ya”.
“ Doakan saja agar aku tidak nyasar ke Belanda”.
Santo melangkah menuju ke arah pesawat yang kurang lebih sudah parkir selama 15 menit di bandara Abdul Rahman Saleh Malang semenjak kedatangan Santo dan Rudi. Tidak seperti biasanya, wajah Santo tampak pucat, darah merah tak lagi nampak mengalir dalam wajahnya saat itu. Biasanya Santo adalah sosok periang dan penuh semangat yang tak pernah bersedih akan segala kesederhanaan hidupnya. Tapi hari itu, hari dimana dia harus menikmati liburan kuliah, Santo tampak berubah 85 derajat. Entah apa penyebabnya hanya dia dan sahabat dekatnya, Rudi lah yang tau. Memang selama ini Rudi adalah tempat bagi Santo menumpahkan keluh kesahnya. Ibarat sebuah lokasi sampah, Rudi adalah tempat pembuangan akhir sampah organik maupun nonorganik dari segala penjuru kota. Sementara Rudi memutuskan kembali ke rumah tempat dia dan santo kos bersama. Layaknya Santo, wajah Rudi pun terlihat seperti orang mencari jarum dalam jerami.
“ Kenapa Santo baru ngomong masalah itu sekarang ya sama aku. Jangan-jangan selama ini dia............., ah tidak mungkin lah, selama ini kan dia tidak bertingkah aneh-aneh, tapi siapa tau saja dia………………, masak iya sich Santo seperti itu, alah, mungkin dia Cuma bercanda biar aku terkesan sedih berpisah selama liburan dengan dia, tapi kenapa pada waktu mau berangkat tadi dia…………., jangan-jangan yang dituduhkan teman-teman selama ini bahwa dia………….tapi kenapa harus aku. Alah, biar aku telpon dia saja nanti malam untuk menanyakan kepastiannya”.
Rudi berusaha memecahkan TTS (Teka-Teki Silang) yang dibuat oleh Santo sebelum pulang ke Manado menikmati masa liburan kuliah. Sepanjang perjalanan menuju tempat kosnya Rudi berupaya keras menemukan rumus untuk menjawab TTS tersebut. Setelah beberapa menit berusaha akhirnya Rudi menyerah dengan keputusan akhir yang masih bersifat ambigu. Setibanya Rudi ditempat kosnya, di sana, tepatnya di depan teras kosnya sudah duduk manis seorang cewek berparas cantik dengan rambut panjang terurai mengenakan gaun berwarna biru muda serasi dengan tas yang dibawanya. Seperti halnya orang yang sudah saling kenal puluhan tahun, Rudi dan cewek cantik itupun tak sungkan menyapa satu sama lain dengan sapaan akrab.
Ternyata cewek cantik itu adalah Ratna mahasiswa fakultas ekonomi yang baru saja resmi menjadi pacarnya, atau lebih tepat lagi Ratna adalah cewek yang “ditembak” oleh Rudi pada waktu malam menghadiri pesta ulang tahun temannya bersama Santo dua hari sebelum liburan kuliah. Melihat Ratna, Rudi sempat berpikir bahwa mungkin dialah penyebab mengapa Santo bersikap dingin.
“Halo mas, dari mana saja sich? tau gak aku sudah dua jam lo nunggu disini sampai tandus dan gersang,”.
“Aduh kasihan, tuan putri pasti sudah capek menunggu raja dua jam sendirian, maaf ya tuan putrid, tadi baru saja aku mengantarkan Santo ke bandara karena dia mau pulang kampong, katanya mau liburan di sana.”
“Memang Santo gak bisa jalan sendiri ya, pake acara dianter segala”.
“Bukan begitu say, kebetulan saja saya punya sepeda motor, jadi gak salah kan aku anterin dia ke bandara, hitung-hitung pengabdian sebagai sahabat sejati”.
“Oo…jadi gitu ceritanya, ya sudah, tugas mengantarkan Santo sudah selesai sekarang giliran mas harus mengantarkan aku jalan-jalan karena di kosan terus bosan, lama-lama bisa lumutan”.
“oke dech, siap bos, tapi aku masuk kamar dulu ya ganti baju, gak enak nich, masa` mau jalan sama pacar baru bajunya bau TEMBUS”.
“ Bau TEMBUS, apaan tuh?”.
“ TEMBUS alias TEMpe BUSuk”. Celoteh Rudi seraya meninggalkan Ratna berlari menuju kamar kosnya.
Tepat pada pukul 13.15 Rudi menikmati first date nya bersama Ratna, mereka berdua menikmati sejuknya hawa daerah malang dengan ditemani sepeda motor Supra X ber nomor polisi KH 75122 M. Istilah dunia seakan-akan hanya milik berdua, yang lain ngontrak ternyata berlaku bagi mereka yang sedang dimabuk asmara. Dan lazimnya anak muda seusia mereka yang nota bene baru berpacaran, tak jarang kata-kata romantis terlontar dari mulut masing-masing. Ungkapan `I love you` entah untuk berapa kian kalinya mereka patrikan demi meyakinkan cinta mereka yang masih terbilang seumuran jagung, sampai-sampai getar suara HP yang sedari tadi mengobrak abrik kantong bagian depan celana jeans Rudi tidak terasa olehnya. Ada tiga kemungkinan mengapa getar HP itu sampai tidak terasa oleh Rudi. Kemungkinan pertama mungkin Rudi keasyikan menikmati perjalanannya dengan Ratna, kemungkinan kedua mungkin jalan yang agak sedikit berbukit, atau kemungkinan terparah ketiga yaitu mungkin Rudi sudah mati rasa, untungnya Ratna mengajak Rudi untuk menepikan sepeda motornya untuk sekedar melepas dahaga tepat di dekat penjual es degan muda dibawah pohon rindang.
Ternyata cinta tak selamanya bisa menahan rasa haus. Buktinya Ratna mengajak Rudi untuk minum es degan, padahal mereka baru saja menjalin cinta. Konon katanya cinta pertama tak mengenal halangan dan rintangan, tapi kok gak bisa menahan rasa haus Sejenak setelah Rudi memarkirkan motornya dan sembari menunggu es degan, dia meraba kearah kantong depan celananya. Diraihnya HP nokia series N 70 dari dalam kantong celananya dan ternyata sudah ada 3 SMS yang mengantri untuk dibaca.   
 “q dah nyampe rmh brusan, btw u gi ma spa n dmn trus gi ngapain”. (SMS 2)
Pengirim
Santo
“Rud….ni q Asgan, tar mlen u bsa k kos q g`, da hal pntng yg pngen q omongin. Wjb bls gpl”.(SMS 1)
Pengirim
+628563565382
“q dah nyampe rmh brusan, btw u gi ma spa n dmn trus gi ngapain”. (SMS 3)
Pengirim
Santo
            Dari tiga SMS yang masuk dua diantaranya berasal dari Santo. Dalam SMS tersebut Santo menepati permintaan Rudi untuk mengabarinya jika Santo sudah sampai di rumahnya. Sebelum akhirnya meneguk es degan yang disodorkan penjual itu, Rudi langsung membalas SMS yang dia dapat dari Santo
“sbb, q tdi ktduran hbs nganter u, skurlah u dah nympe` slm ja ma keluarga u semua”.
Terkirim ke
Santo
Setelah menggugurkan kewajibannya membalas SMS Santo, Rudi melanjutkan menikmati es degan bersama Ratna, selama menikmati es tersebut Ratna iseng menanyakan kepada Rudi siapa yang SMS
“Emang siapa yang SMS Say?”.
“Oo…Tadi pas kita lagi asyik jalan-jalan ternyata ada SMS dari Santo, katanya dia sudah sampai di manado, ya aku balas have a nice holiday  dan jangan lupa oleh-olehnya”.
“Baguslah kalau Santo sudah sampai, ngomong-ngomong kamu sama Santo kok kayaknya akrab sekali sich?”.
“Kebetulan saja kita satu kos, jadi gak ada salahnya kan. Lagian dia orangnya baik loh”.
“Tapi gak lebih dari hanya sekedar teman kan?”.
“Maksud kamu apa say..?’.
“Akhir-akhir ini kan lagi musimnya jeruk minum jeruk”.
 “Jadi maksud kamu aku suka sama Santo, ya gak mungkin lah, aku kan sudah punya kamu cewek terseksi tahun 2008 versi majalah RUDI”.
Sejenak Rudi tersentak kaget dengan pernyataan Ratna tentang kasus jeruk minum jeruk. Kembali Rudi teringat pristiwa beberapa jam yang lalu di bandara. Rudi masih teringat dengan kata terakhir yang diucapkan Santo ketika ingin berangkat. Ketika itu Santo memanggilnya dengan panggilan say.
Hari beranjak petang, Rudi mengajak Ratna pulang. Setelah mengantarkan Ratna ke kosnya, Rudi langsung pulang tanpa menghiraukan ajakan johan lewat SMS yang dikirimnya tadi. Rudi bergegas masuk kamar dan berniat untuk menelpon Santo. Rudi keluar kamar untuk membeli pulsa Namun pucuk dicinta ulampun tiba, ternyata niatan Rudi menelpon Santo didahului Santo yang menelponnya terlebih dahulu, sehingga Rudi mengurunkan niat untuk membeli pulsa. Alunan lagu matta band dengan judul ketahuan mengalun dari HP nya Rudi. Tanpa basa-basi Rudi langsung mengangkatnya. Awalnya rudi mengikuti alur pembicaraan Santo, hingga pada akhirnya ketika giliran Rudi bicara dia menanyakan perihal maksud dari omongan Santo pada saat di bandara tadi siang.
Suasana telewicara antara Santo dan Rudi sejenak hening.
“Santo tolong jawab pertanyaanku”.
“sebelum aku menjawab pertanyaanmu, aku ingin menanyakan satu hal sama kamu tentang aku. Selama ini kamu menganggap aku apa?”.
“Oke akan aku jawab, selama ini aku menganggapmu sebagai teman baik, teman baik yang selalu ada jika aku dalam kesusahan, teman baik yang selalu mengerti akan kesedihanku, teman baik yang selalu ada jika aku membutuhkan bantuan. Itu saja tidak lebih”.
“Berarti selama ini perasaanku benar tentang kamu”.
“maksud kam.....tut..tut...tut...tut...tut”.
Ditengah-tengah perbincangan Santyo dan Rudi tiba-tiba terdengar suara pertanda pulsa yang dimiliki Santo habis. Rudi semakin penasaran dengan apa sebenarnya yang Santo maksudkan. Demi mengobati rasa penasarannya atas jawaban Santo, Rudi merelakan uang satu lembar dengan nominal 10.000 rupiah untuk dibelikan pulsa. Namun hasilnya tak seperti yang dia harapkan. Ternyata Rudi harus menungggu beberapa menit agar bisa menelpon Santo. Pupuslah harapan Rudi untuk mendengarkan jawaban Santo segera.
Sementara itu, Santo salah faham dan berkesimpulan bahwa tidak mungkin Rudi menelponnya. Akhirnya Santo memutuskan untuk menelpon Ratna. Mengawali kalimatnya, Santo mengucapkan selamat kepada Ratna. Spontan Ratna yang merasa bahwa hari itu bukanlah hari ulang tahunnya kaget dan bertanya heran kepada Santo
“Dalam rangka kamu mengucapkan selamat kepadaku?”.
“Selamat atas keberhasilanmu menaklukkan hatinya temanku”.
“Maksud kamu apa sih to, aku tambah bingung, Maksud kamu selamat atas hubungan aku sama Rudi. Padahal kan kamu sudah tahu karena waktu Rudi “nembak” aku disana juga ada kamu yang menyaksikan”.
Di tempat terpisah Rudi berusaha menghubungi nomor Santo setelah beberapa menit pulsa yang dibelinya masuk, namun nomor itu sulit dihubungi karena memang Santo sedang online dengan Ratna.
“Maksud aku selamat atas keberhasilan kamu merebut teman baikku dari kehidupanku”.
Itulah kalimat terakhir yang dikatakan oleh Santo sebelum menutup pembicaraannya dengan Ratna lewat telpon. Ratna yang sama sekali tidak tahu masalah tersebut langsung berinisiatif menghubungi pacarnya, Rudi. Kasus serupa juga terjadi pada Ratna, berulang kali nomor Rudi berusaha dihubungi, tetapi lagi-lagi sapaan operator “nomor yang anda hubungi sedang sibuk” ikut campur di tengah-tengah kesalah fahaman yang semakin berwarna-warni layaknya gado-gado. Berhubung tak jua bisa dihubingi, Ratna memutuskan untuk ke kosnya Rudi untuk memperjelas semuanya. Tepat pada pukul 18.15 Ratna tiba di depan teras dimana tadi siang dia duduk di sana menunggu kedatangan Rudi dari mengantar Santo.
Rudi yang tidak tahu bahwa Santo telah menghubungi Ratna, memasang wajah lugu berusaha menyembunyikan masalahnya dengan Santo.
“Tumben malam-malam kesini, kangen ya sama aku, perasaan tadi siang sudah ketemu, masa` sudah kangen lagi”.
“Sudah lah mas, aku kesini untuk bercanda, aku datang kesini untuk mendapatkan penjelasan tentang ada hubungan apa sebenarnya antara mas dan Santo”.
“Maksud kamu apa say...aku gak negrti”.
“Mas benar –benar gak ngerti apa hanya pura-pura gak ngerti?”.
“oke-oke…aku akan cerita, tapi tentang apa aku benar-benar gak ngerti maksud kamu. Sumpah”.
“Baiklah, aku kira tidak ada salahnya aku mengulangi perkataan yang baru saja aku dapat dari Santo. Santo baru saja telpon aku dan dia mengucapkan selamat atas keberhasilanku merebut teman baiknya yaitu kamu dari kehidupannya. Bagaimana? Masih belum ngerti?”.
“Jadi Santo sudah nelpon kamu dan cerita semua, sebenarnya aku juga gak tahu apa maksud Santo. Tapi yang jelas tadi siang ketika aku mengantarkannya ke bendara dia mengeluh dan sempat berpikiran untuk pergi ke belanda mencari keadilan. Aku juga bingung apa maksudnya. Ditambah lagi terakhir sebelum akhirnya dia masuk pesawat dia memanggilku dengan sapaan say dan itu pertama kalinya dia mengatakannya padaku”.
“Terus apa lagi yang dia bilang sama mas”.
“Ya sudah itu saja, awalnya aku merasa aneh atas sikapnya yang tiba-tiba berubah, makanya aku sedikit penasaran dan berniat untuk menelponnya. Kebetulan pada waktu dia telpon aku tadi dia sempat menanyakan anggapan saya tentang hubungan aku dengannya, kemudian aku jawab tidak lebih dari sekedar teman baik. Dan ketika aku menanyakan maksdu perkatannya sewaktu di bandara tiba-tiba saja HP nya mati, jadi......”.
“Jadi apa, Jadi mas mau mengatakan bahwa sebenarnya sebelum mas `nembak` aku untuk jadi pacar, mas sudah terlebih dahulu menjalin hubungan dengan Santo, begitu mas?”.
“Bukan begitu say, maksud aku, aku gak tahu apa sebenarnya yang dimaksud oleh Santo, karena tiba-tiba saja HP nya mati dan dia tidak sempat menjelaskan semuanya. Setelah itu aku berusaha menghubungi  HP nya untuk meminta penjelasannya tapi HP nya tak jua bisa dihubungi. Kalau kamu gak percaya sekarang aku telpon Santo ya....”.
Hampir saja Rudi dan Ratna terjebak dalam pertempuran sengit akibat kesalahfahaman yang di sebabkan oleh Santo. Sesuai dengan janji Rudi kepada Ratna pacarnya untuk menelpon Santo demi mendapatkan jawaban pasti atas teka-teki buatan Santo, maka Rudi menelpon Santo dengan posisi Ratna duduk bersebelahan dengan Rudi dan suara HP senaja di loud speaker . Jantung Rudi berpacu kencang sekencang kereta api listrik buatan negara amerika serikat. Begitu pula dengan Ratna sudah tidak sabar menunggu kepastian dan final answer . Hati Ratna gelisah dan berdetak kencang laksana bom raksasa yang setengah kabelnya telah bermandikan sijago merah yang artinya bahwa dalam hitungan detik akan siap meledak dan meluluh lantahkan setiap benda disekitarnya. Selang beberapa menit klemudian akhirnya Santo mengangkat HPnya.
Dalam pembicaraannya Rudi menanyakan maksud dari pertanyaan yang diajukannya sebelum akhirnya HPnya mati. Santo yang bahagia karena ditelpon oleh Rudi sebenarnya tidak mau lagi membahas masalah itu sekalipun dia tidak tahu bahwa ada Ratna yang sedang duduk bersebelahan dengan Rudi, tapi karena yang meminta adalah Rudi, orang yang selama ini menjadi idaman hatinya, maka akhirnya Santo pun menjelaskan maksud dari semua itu.
“Terus terang, selama ini aku menyimpan rasa cinta kepadamu say, walau aku tahu bahwa ini tidak lazim di negara kita. Apakah kamu ingat waktu aku mempunyai keinginan untuk pergi kenegara Belanda. Sebenarnya di saat aku mengucapkan itu aku berharap kamu bisa mengerti apa yang aku maksud, tapi ternyata itu tidak cukup untuk membuatmu mengerti. Sebenarnya aku jatuh cinta padamu. Selama ini aku bersikap baik di hadapanmu semata-mata agar kamu tahu bahwa aku mencintaimu”.
Bagai disambar petir bertubi-tubi, Rudi sangat terkejut atas pengakuan Santo yang ternyata diam-diam mencintainya. Sebaliknya Ratna merasa sedikit lega dengan pengakuan Santo karena itu berarti bahwa Rudi bukanlah cowok yang jeruk makan jeruk. Dengan sedikit terbata-bata Rudi menyambung pembicaraannya dengan Santo
“Memangnya sejak kapan kamu mulai mencintaiku?”. Tanya Rudi
“Jujur, sejak awal aku bertemu denganmu, sejak itulah aku membiarkan benih-benih cinta bersemi kembali dihatiku, meskipun itu pernah kucoba kubur jauh di dasar hatiku karena harus mencintai sesama jenis. Tapi aku tak kuasa setelah melihat ketampananmu, aku tak kuasa lagi membohongi diri dan hatiku sendiri akan perasaanku. Walaupun aku sadar bahwa tak satu pun orang di negeri Indonesia tercinta ini menginginkannya. Pernah aku mencoba untuk menganggapmu sebagai orang terkejam di dunia ini, tapi aku benar-benar tidak bisa karena semakin aku berusaha keras mencobanya semakin aku tak berdaya menghindar dari kenyataan bahwa aku adalah pecinta sejenis. Satu hal lagi yang ingin aku katakan padamu bahwa dari hatiku yang paling dalam aku merasa cemburu dengan kedekatanmu dengan Ratna, aku sangat menyesalkan pertemuanmu dengan Ratna pada malam itu, malam dimana kamu menyatakan cintamu kepadanya. Itulah alasan mengapa aku memutuskan untuk menghabiskan masa liburan di Manado. Mungkin bagimu memang tak mudah menerima cintaku, apalagi menerima aku sebagai kekasihmu, tapi aku mohon jangan pernah mengatakan bahwa kamu tidak bersedia menerima cintaku tepat di depanku, karena aku belum siap dan tidak akan pernah siap mendengarnya, bagi orang lain mungkin lebih baik memlilih sakit gigi dari pada sakit hati, namun bagiku lebih baik aku mati dari pada harus sakit hati melihat kemesraanmu dengan orang lain. Oleh karena itu aku mohon jawablah pertanyaanku ini lewat buku diary yang aku siapkan khusus untuk mendapatkan jawaban atas cintaku kepadamu. Apapun jawabanmu aku sudah siap menerimanya Satu lagi, aku harap kamu mau menuliskannya dengan menggunakan tinta berwarna merah karena warna merah itulah yang akan menjadi saksi sejarah bisu akan cinta seorang homo yang tak pernah mendapat keadilan di Indonesia pertiwi ini. Sekaligus warna merah itu yang akan mewakili keberanianku sebagai seorang homo dalam menuntut keadilan yang bersinggungan langsung dengan perasaan, yaitu keadilan sebagai manusia biasa yang patut untuk merasakan cinta dan dicintai.
Setelah mendengar semuanya dari Santo, tak kuasa Rudi meneteskan air mata, air mata penyesalan mengapa dia tidak bisa menjadi teman yang baik untuk Santo, air mata penyesalan mengapa dia tidak bisa menyadarkan Santo bahwa apa yang dilakukannya salah. Apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur, Santo sudah terlanjur memberikan sepenuh hatinya untuknya, maka mau tidak mau Rudi harus memberikan keputusan.
Karena kunci kamar Santo dipegang oleh Rudi maka Rudi beranjak sejenak meninggalkan Ratna dan menuju kamar Santo untuk menuliskan jawaban sesuai dengan permintaannya. Betapa kagetnya Rudi ketika mendapatkan isi dari diary Santo yang berisi



Folded Corner: Pangeranku Rudi ……..
Aku tau bahwa aku tak pantas untuk kau cintai

Aku tahu kamu pasti akan menyalahkanku karena telah melakukan hal bodoh dengan mencintaimu……..

Aku tahu orang tuaku akan meyalahkanku karena telah bertindak bodoh dengan mencintai sesama jenis yaitu kamu…..

Aku tahu tetanggaku akan menyalahkanku karena telah mengambil keputusan salah dengan mengatakan aku cinta kamu………

Aku tahu Indonesia akan menyalahkanku karena telah melanggar peraturan pemerintah dengan memaksakan cintaku kepadamu………..

Aku juga tahu bahwa semua orang akan menyalahkanku atas keberanianku mengatakan cinta kepadamu………………

Aku tahu, 
Aku tahu,
Aku tahu itu……

Tapi salahkah aku jika menuruti kata hatiku yang benar-benar mencintaimu……………..
 
Kalau memang aku masih salah dengan kata hatiku....
Kalau memang semua orang menyalahkanku atas kenekatanku.....
Lantas aku harus menyalahkan siapa ............?


































Jawabmu aku tunggu
………………………….
 









Akhirnya Rudi memberikan jawaban bahwa Santo harus menyalahkan dirinya sendiri karena telah mencintainya orang yang tak lain adalah seorang teman baik yang akan selalu menjadi teman dalam setiap kesempatan bukan pacar yang akan menyebabkan kesengsaraan.




SINOPSIS CERITA

Cerita pendek dengan judul “Lantas Aku Harus Menyalahkan Siapa?” diatas menceritakan tentang Santo seorang homo atau pecinta sesama jenis yang putus asa karena kehilangan orang yang dicintainya, melarikan diri dari tempat awal mula dia merasakan cinta sekaligus tempat terakhir dia harus kehilangan cintanya, itulah yang dilakukan Santo untuk mencoba menghindar dari kekalahannya mempertahankan cinta terlarangnya. Namun jiwa-jiwa feminimnya terus membisikkan semangat untuk tetap berjuang mendapatkan keadilan cinta dan kesetaraan sebagai manusia akan hak mencinta dan dicinta. Walaupun perjuangannya harus berakhir di ujung pena dengan tinta merah tepatnya di atas diary khusus yang senaja diperuntukkan untuk menuliskan jawaban atas petulangan cintanya, atau lebih tepat cinta terlarangnya. `maaf aku tidak bisa mencintaimu, namun aku akan tetap menganggapmu sebagai teman baikku yang akan selalu ada dalam setiap kesempatan` itulah akhir dari perjuangan cinta seorang homo yang lagi-lagi harus menerima kekalahan.

No comments:

Post a Comment