Pages

Friday, December 30, 2011

Muka Pendidikan Tercoreng


Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa memberdayakan serta menganyomi generasi masa depan dan membantu masyarakat yang tidak mampu untuk mencukupi hidup sehari-harinya. Karena berputarnya roda-roda nasib kehidupan. kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak memihak terhadap rakyat dan tidak menentunya arah bangsa, kemana tujuan bangsa yang akan di bawa oleh para birokrasi yang dikatakan memperjuangkan suara rakyat di elemen atas.
Pemerintah yang bisa memakmurakan terhadap rakyat itu yang selalu di tunggu oleh rakyat yang telah sembelan tahun Negara ini tercekam dalam ketakutan-takutan dan ketidak perdayaan karena dipimpin oleh pemerintah yang totaleter dengan tumbangnya rezim orde baru dan beralihnya atau mengunakan system demokrasi. Dimana setiap rakyat sudah bisa menyuarakan isi hatinya atau bebas berpendapat.
kita sekarang harus membangkitkan reformasi yang tidur dan terlelam oleh alunan-alunan atau syair-syair kebodokan kepada rakyat, mengapa kita membahas pendidikan karena majunya bangsa tergatung terhadap pendidikannya mungkin pendidikan dulunya menjadi idaman para pelajar tetapi sekarang sudah tidak menjadi dewa penolong lagi  bagi yang membutuhkan pencerahan. sementara itu system pendidikan yang selalu tidak menentu yang selalu berubah system, itu yang telah menampar muka bangsa kita di lembaga pendidikan yang di sebut pendiknas, pada masa presiden Susilo Bambang Yudoyido dan Jusuf Kalla atau SBY-Jk yang telah memberikan kebijakan tentang masa depan pendidikan di Negara ini, kemarin pendidikan mengunakan system Kurikulum Berbasis Kompotensi(KBK) dengan system itulah di tingkatan sekolah mengalami kebimgungan untuk mererapkannya kerana selalu berubah haluan dan sekarang pihak pendiknas memberikan kebijakan akan mengganti system pendidikan lagi dengan mengunakan system Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran{KTSP} demikian system pendidikan yang di pergunakan sekarang ini lagi yang akan diterapkan oleh pemerintah. Dengan system yang selalu berubah maka syseim pendidikan yang dipergunakan selalu amburadul. Seperti Itulah realita yang melanda dunia pendidikan dengan mesandarkan pendidikan dengan nagara lain. pertanyaan yang berada di benak masyarakat hari ini adalah…apakah keadaan rakyat ini mampu bersaing dengan kemampuan masyarakat Negara lain? Padahal keadaan rakyat berada dibawah garis kemiskinan karena tidak mampunya masa demokrasi membawa rakyat keluar dari problem kemiskinan.
sejak tadi kita membecarakan tentang system pendidikan yang selalu berubah, sekarang kembali kepada penikmat pendidikan yaitu rakyat itu sendiri atau penerus bangsa ini dan yang lebih mengena adalah para pelajar. Gimana keadaan masyarakat yang tidak mampu untuk membiaya anaknya untuk meneruskan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi karena mahal biaya yang harus dikeluar orang tua untuk menbayarnya, dimana janji pemerintah  yang akan mengalokasikan dana dari pendapatan APBN 20% sampai saat ini hanya teralokasikan sedikit kemana sisa apakah dikorupsi oleh wakil rakyat. Padahal keadaan masyarakat yang selalu bergelut dengan kemiskinan dan pengangguran. Karena kita punya hak yang sama untuk menikmati atau menyenyam pendidikan. tetapi sekarang sudah terdengar kabar bahwa ada sebagian lembaga pendidikan terkenak skandal kekerasan dalam pendidikan, kita tidak habis pekir mengapa di dunia pendidikan juga terjadi seperti itu. Kita ambil contoh. Dijawa barat tepatnya di sumedang, disana terdapat perguruan tinggi yang mencetak kader bangsa. Kita beri nama samaran saja, Institute Pendidikan Dalam Negri(IPTN) apakah nama lembaga itu samaran ataupun hanya para pembaca yang menganalisisnya bahwa disana telah terjadi kekerasan terhadap para pelajar, dengan tercuatnya kasus meninggalnya salah satu pelajar yang bernama cliff montu, padahal IPTN itu tempat mencetak pengawai dalam negri. tetapi mereka berasan memberikan pelajaran mental untuk mencetak kader yang mumpuni, mungkin alasan seperti hanya untuk menghendari atau menutupi masalah yang terjadi. apakah tidak ada cara lain, selain cara seperti itu dan mungkin kalau Cuma memberi pelajar mental masih banyak jalan, tidak menempuh cara seperti itu. Sebenarnya itu telah mencoreng muka pendidikan di Indonesia.
Semenjak dulu kita telah mengenal apa yang dimanakan sekolah favorit. Bahwa sekolah yang di idam-idam oleh pekajar. supaya bisa sekolah sesuai dengan yang dicita-citakan. Anggapan mereka bila mana sudah sekolah disana masa depannya sudah terjamin dan hidupnya akan mapan karena di anggap masa depan yang terbaik bila bisa sekolah dikesukaannya, mungkin itu adalah sebagian setingan kapitalisme global, yang dimana masyarakat yang tidak mampu untuk membayarnya karena yang sekolah disana hanya anak orang konglomerat dan kalau anak orang miskin tidak mungkin sekolah disana karena ketidak mampunya untuk membayar biayanya yang sangat mahal. Padahal kita sebagai rakyat punya hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan atau standartnya pendidilkan antara sekolah negri dan swasta.
Oleh karena itu kita tidak tahu bagaimana masa depan pendidikan kalau system yang berubah-ubah maka yang menjadi obyek lagi-lagi orang yang tidak mampu ”masyarakat miskin” yang selalu dikesampingkan. Mungkin salah satu dampak dari ketidak mampunya pemerintah mengatasi proble atau masa demokrasi yang yang terabkan oleh pemerintah saat ini, mungkin ini adalah salah sutu gagal demokrasi atau mahalnya pendidikan yang tidak bisa dijangkau oleh rakyat kecil. bertambahnya pengangguran dan anak-anak yang putus sekolah karena terbatasnya dana. Kalau bangsa ini belum bisa keluar dari problem atau pendidikan yang mahal.
Baru-baru ini kita telah mengenal sekolah alternative{home schoolence} itu akan mempermudah para selebrites yang tidak sekolah karena sibuknya suting ataupun karir, nanti bisa menempuh sekolah alternative, itu lagi-lagi bisa dinikmati oleh anak orang mampu atau anak orang kaya. dimana hak masyarakat yang tidak mampu untuk mendapat pendidikan tidak kebagian karena itu adalah permainan orang pemodal yang dengan mudah membeli pendidikan.
Sementara itu kita sebagai orang tidak mampu untuk menikmati pendidikan hanya termenung menunggu keajaiban dari yang ilahi untuk merubuh nasib yang kita pikul. Kalau bisa menukar nasib atau bisa rengkarnasi mungkin kita tidak memilih hidup seperti sekarang ini. saya punya sajak meskipun saya bukan jurusan sastra tapi insaallah saya sedikit mengerti tentang sastra.
ketika aku melihat anak tidur dibawah jempatan
kadang menikmati indahnya bulan purnama
Aku berpikir apabila dia mati
lantas siapa yang akan menikmati indah bulan purnama
Demikian kita menyuarakan isi hati yang tidak sesuai dengan perasaan yang mau menikmati hidup lebih baik dan kepada siapa lagi mengadu nasib ini kalau tidak kepada pemerintah.

No comments:

Post a Comment