Pages

Friday, December 30, 2011

PADAHAL


“ Jangan engkau gembira dengan pandangan pertama, karena awal terbitnya fajar adalah dusta”……………… Bagiku cukuplah hatimu sebagai saksi untuk cintamu, karena hati adalah saksi yang paling adil
            Hasan, kakak satu darah dengan jamal pun bisa berubah, jadi akupun berhak mendapat kesempatan untuk berubah. Aku mohon ton, berilah aku kesempatan untuk merubah sifatku.
 Maaf Bunga, ini bukan masalah kesempatan pertama atau kedua, tapi bagiku ini adalah diskriminasi yang tidak bisa ditolerir lagi.
            Cogito ergo zum. Bukankah itu yang dikatakan oleh filosof asal yunani Rene Deskrates, jadi aku melakukannya bukan tanpa alasan, dan tentunya alasan itu telah aku pikirkan sebelumnya.
Sekali lagi maaf Bunga, pada dasarnya aku tau bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah, begitu juga dengan aku, aku merupakan miniatur dari Negara yang ku maksud dan bagiku tidak mudah melupakan sejarah dimana kamu pernah menginjak-injak harga diriku.
            Tapi kenapa Ton?, Allah saja bisa memaafkan umatnya yang pernah berbuat khilaf, apalagi kita sebagai manusia biasa.
Aku bukan Allah yang maha pemberi maaf, aku memang manusia biasa, oleh karena itulah dengan kebiasaanku, aku tidak bisa memaafkanmu, aku butuh hal yang luar biasa untuk melupakan semuanya.
            Lantas apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan maafmu, apakah aku harus minum racun seperti yang pernah dilakukan oleh Juliet untuk membuktikan cintanya pada romeo? Atau mungkin aku harus menceburkan diri kedalam kubangan yang penuh kotoran manusia seperti yang pernah dilakukan oleh jamal yang hanya ingin bertemu dengan Amita Bachan dalam sebuah film fiksi slumdog peraih piala oscar  .
Hanya dirimu yang tahu apa yang seharusnya kamu lakukan?.
            Sore itu, Anton yang merasa kecewa terhadap Bunga, pergi meninggalkan Bunga dengan sebuah pernyataan sederhana yang pada intinya adalah hanya Bunga lah yang tahu apa yang harus dilakukan. Sementara Bunga merasa kecewa dengan tindakan Anton yang begitu saja meninggalkannya.
Seperti sore-sore sebelumnya, Anton menghabiskan waktunya bermain futsal bersama sahabat-sahabatnya. Tapi tidak seperti biasanya, ada yang lain dari diri Anton. wajahnya murung mengingatkan pada pristiwa papua yang ingin melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, penuh dendam dan semangat perang. Sangat sesuai dengan warna baju yang dia kenakan (merah merona). Merasa heran dengan perubahan Anton, Arif yang merupakan salah satu sahabat baiknya mencoba bertanya musibah apa gerangan yang sedang menimpanya.
Ton, Bagiku kamu seperti seorang Lintang Laskar Pelangi yang tidak pernah putus asa dan selalu penuh senyum dalam menghadapi masalah serumit apapun. Tapi kenapa Anton yang sekarang tidak sedikitpun mencerminkan sosok seorang Lintang, bolehkah aku tahu apakah gerangan yang sedang kamu alami?
Entahlah rif, aku sendiri merasa bingung harus bagaimana memulai hidupku yang telah kalah ini.
Memang siapa yang telah berhasil mengalahkan rekor nilai tertinggi yang selalu kamu raih setiap tahunnya ton, aku penasaran sekali sepintar apakah orang itu yang bisa mengalahkan kepintaranmu, wah…wah….wah, bisa hancur dunia persilatan kalau benar begitu ceritanya.
Bukan itu rif maksudku, aku telah kalah dalam dalam menjalani hidupku sendiri. 
            Apa maksudmu? Jangan bilang hanya karena masalah sepele kamu merasa kalah dan tidak punya semangat hidup. Jika kamu tidak keberatan, ceritakanlah apa yang sedang kamu alami, siapa tahu aku bisa meringankan beban penderitaanmu.
            Beberapa menit yang lalu, aku bertemu Bunga dan kuceritakan semua bentuk kekerasan yang pernah dia lakukan terhadapku, aku sudah tidak sanggup lagi harus selalu memerankan sosok nabi Muhammad yang walaupun selalu ditindas dan diteror oleh orang-orang kafir quraisy masih tetap bisa tersenyum dan bersabar. Saat itu, terus terang aku kalut dan sudah tidak kuat lagi membendung amarahku, menurutmu, apakah tindakanku terlalu ekstreme dan tidak berprikemanusiaan?
            Sama sekali tidak Ton, justru aku salut akhirnya kamu bisa menyalakan sumbu granat yang seharusnya kamu lakukan sejak dulu. Karena menurutku hubungan yang kamu rajut bersama Bunga sangat tidak sehat, sehingga kamu harus selalu mengalami siksaan batin dan penindasan dalam berpacaran.
            Lantas apa yang harus aku lakukan, kamu tahu sendiri bahwa aku sangat mencintai Bunga. Jujur baru kemaren aku merasa telah melakukan hal bodoh selama hidupku, aku khilaf.
            Kenapa kamu harus merasa khilaf, kenapa bukan Bunga yang mengucapkannya. Ingat ton, kamu adalah laki-laki yang kelak akan menjadi pemimpin dalam rumah tanggamu, jadi wajar jika kamu bersikap tegas terhadap orang yang kamu cintai. Sudahlah ton, kembalilah menjadi Lintang. Anggaplah hal ini bagian dari shock terapy yang harus diterima oleh Bunga supaya dia tidak semena-mena lagi terhadapmu.
            Keputusan untuk tetap berpegang teguh pada prinsip “Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu” rupanya tidak lagi mengakar kuat dihati sanubari Anton. Padahal dulu Anton adalah sosok yang acuh dengan segala hal yang memojokkan dirinya bahwa dia hanya diperbudak oleh Bunga selama menjalin hubungan percintaan. Hingga suatu ketika muncul pernyataan pengibaran bendera putih pertanda damai/menyerah, bukan SOS pertanda membutuhkan pertolongan. Ya….. Anton kembali mengangkat kisah cintanya yang hampir tandus dan gersang kepermukaan. Bersamaan dengan itu, beberapa orang terdekat Anton memberikan ultimatum akan sebuah pilihan “ dia atau kita”. Bak buah simalakama, Anton terpaksa harus memerankan sebuah drama aneh tapi nyata yang telah terskenariokan dengan rapi dalam hitam diatas putih naskah hidup adalah pilihan.
Baiklah ton, mungkin bagimu Bunga adalah segala-galanya, orang yang notabene hanya kau kenal beberapa hari dalam hitungan jari, hanya saja kecantikannya yang kau bilang seperti pesona ratu kleopatra telah merubahmu manjadi seonggok daging tanpa jiwa dan pikiran.
Apa maksudmu mengatakan demikian Rif..?
Kamu harus memilih apakah akan tetap mempertahankan kisah cintammu yang tak jelas apakah dia benar-benar mencinntaimu atau kamu akan tetap bersama kita sahabatmu yang senantiasa ada tanpa pamrih baik saat kamu merasa sedih ataupun bahagia?
Tolonglah rif, jangan semakin memojokkanku dengan pilihan yang kamu sendiri tahu aku tidak mungkin bisa memilih satu dianntaranya, karena kalian semua adalah harta terindah yang pernah aku miliki.
Dan itulah satu-satunya alasan kenapa kami masih mau bersahabat denganmu sampai detik ini ton, sudahlah ton, aku tau ini berat untukmu, tapi inilah hidup, kamu harus memilih sebelum akhirnya kedua piihan itu tidak sama sekali kamu dapatkan.
            Rupanya Anton benar-benar hanyut dalam perasaan, kecantikan Bunga tetap menjadi prioritas diatas kepentingan persahabatan. Sekian lama persahabatan yang telah dia bina dengan sahabat-sahabatnya harus berakhir dalam waktu 1 menit tepatnya saat Anton mengucapkan “maaf aku lebih memilih Bunga tambatan hatiku”. Ironis persahabatan Anton dengan sahabat-sahabatnya harus berakhir dengan kisah sad ending.
            Bulan pertama dimana Anton harus menjalani hari-hari tanpa sahabat-sahabat dekatnya berjalan begitu romantis dengan Bunga yang selalu berada disampingnya, namun beberapa bulan kemudian gejolak Tsunami jiwa melanda batinnya. Bunga yang telah dilihat dengan mata kepalanya sendiri selingkuh dengan laki-laki lain membuatnya hancur berkeping-keping laksana tsunami jepang. Radiasi nuklir pun seakan-akan benar-benar menggerogoti sekujur tubuhnya, lemas tak berdaya. Undangan untuk malaikat maut sudah siap dia antarkan pertanda saatnya pesta kematian dimulai.
Rounded Rectangle: sekarang aku baru sadar bahwa sahabat adalah segala-galanya, cinta hanya sesaat namun perihnya sangat menyayat, maafkan aku sahabat, aku malu harus meminta maaf atas kebodohanku sendiri, tapi inilah ucapan maaf itu sebagai bukti aku khilaf telah membiarkan persahabatan kita berakhir……tapi kalian jangan khawatir. Arif…..tetaplah menjadi pribadi yang cerewet dan nyebelin, Rudi…..jaga terus faham oportunismu, Susi………aku lupa bayar hutang 2.500 padamu (btw di ikhlaskan kan), Meisya……..kutunggu janndamu, Rino…….uang pulsa yang kemaren jangan lupa dibayar nanti diakhirat ya saat kita bertemu disurga firdaus-Nya, dan untuk 3 idiot (Johan, Riki dan Agus)……berhubung kalian playboy sejati, aku relakan BUNGA untuk kalian.  
Terakhir pesanku untuk kalian 
“ Jangan kalian gembira dengan pandangan pertama, karena awal terbitnya fajar adalah dusta”…… Bagiku cukuplah hatinya sebagai saksi untuk cintanya, karena hati adalah saksi yang paling adil
Aku akan selalu merindukan kalian 
FRIENDSHIP FOREVER, WHEREVER AND WHENEVER
       Sahabat bodohmu,
      ANTON            Iringan lagu “kala izro`il datang memanggil, jasad terbujur dipembaringan, seluruh tubuh akan menggigil sekujur badan kan kedinginan” semakin jelas terdengar ditelinga Anton. Bermodal seutas tali Anton mengakhiri hidupnya dengan sepucuk surat dan selembar photo kenangan tergenggam erat ditangan kanannya yang berisi:
             
             
           



















Sejak saat itu tidak ada lagi sosok jenius dengan nilai selalu diatas rata-rata pemecah rekor akademis, tidak ada lagi sosok agamis, tidak ada lagi sosok dewasa, Pun tidak ada lagi penjaga gawang andalan dalam tim futsal IJJI (ikatan jomblo-jomblo internasional) seperti Anton. yang ada hanya air mata dan penyesalan. Yang ada hanya kata PADAHAL DIA PINTAR, PADAHAL AGAMANYA SANGAT BAGUS, PADAHAL DIA SANGAT DEWASA, PADAHAL DIA PENJAGA GAWANG YANG HANDAL. Memang benar kata orang bahwa manusia mati hanya meninggalkan nama tidak lebih namun bisa saja kurang.


No comments:

Post a Comment